A.
PENDAHULUAN
Islam adalah agama tauhid yang meyakini keesaan tuhan. Dari ketiga
agama tauhid – Yahudi, Kristen, Islam – Agama Islam adalah yang paling muda dan
salah satu agama misi disamping Kristen. Ajaran Islam adalah ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw., sebagian merupakan adopsi dari ajaran terdahulu yang
sudah pernah diturunkan pada kitab-kitab suci sebelum Alquran. Setelah Nabi
meninggal, pemahaman umat Islam sendiri terhadap Islam kembali dipertanyakan.
Terpecahnya umat Islam, selain karena sudah merupakan keniscayaan, tentunya
karena perbedaan pemahaman tentang Islam. Hal ini bisa disebabkan oleh
kesalahpahaman umat terhadap agamanya tersebut atau karena pemahaman yang
parsial dan tidak komprehensif terhadap Islam.
Informasi yang benar tentang Islam – sebuah agama yang secara
historis muncul di Hijaz pada abad ke-7 Masehi – adalah kitab suci mereka,
Alquran, dan Sunnah Nabinya sebagai sumber kedua. Umat Islam meyakini bahwa
Alquran adalah kalam tuhan yang tidak ada kesalahan di dalamnya, mengandung
informasi sejarah, ilmu pengetahuan, hukum, ajaran akidah, serta pemberitaan tentang
hal-hal gaib. Sementara Sunnah, disebut juga Hadis, adalah segala perkataan,
perbuatan dan persetujuan yang disandarkan pada nabi pembawa ajaran tersebut,
Muhammad saw. Alquran dan Hadis menjadi sangat penting karena keduanya adalah
sumber utama ajaran Islam, disamping sumber-sumber lainnya.
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Alquran orisinil berasal dari
tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril.
Sementara hadis, umat Islam bisa berbeda dalam mengakui orisinalitas hadis
tertentu, meskipun ada kaidah-kaidah khusus yang bisa diaplikasikan untuk
menemukan tingkat orisinalitas sebuah hadis.
Makalah
ini membahas makna Islam dengan menelusuri hadis-hadis yang berkaitan dengannya
dan menganalisa makna-makna tersebut dengan melihat hubungan dalil-dalil yang
ada. Pokok-pokok bahasan dalam makalah ini adalah tentang pengertian Islam
secara etimologi dan terminologi, konsep ajaran Islam, dan perbedaan tingkat ke-Islaman.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi yang benar dan
komprehensif tentang Islam sehingga kesalahfahaman yang mungkin bisa memicu
sikap apriori terhadap Islam, pemahaman yang parsial dan ignorance of Islam
bisa diminimalisir. Setidaknya, pembaca dapat mengetahui dalil-dalil yang kuat
tentang pengertian Islam dan pokok-pokok ajarannya.
B.
PENGERTIAN
ISLAM
1.
Pengertian
Etimologis
Secara etimologis (asal-usul kata) kata “Islam” berasal dari bahasa
Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang
artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah swt.,“Bahkan,
barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat
kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112). Dari kata aslama
itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk
Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.
Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati . Menurutnya, kata “Islam”
berasal dari akar kata Arab, SLM (Siˉn, Laˉm, Miˉm) yang berarti kedamaian,
kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius, menurut
Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan
atas hukum-Nya” (Submission to the Will of God and obedience to His Law).[1]
Di dalam "Ensiklopedia Al-Qur'an", tidak didapatkan entri
Islam secara khusus. Kata Islam baru didapatkan pada entri kata salam.
Kata yang terulang sebanyak 42 kali dalam Alquran ini mempunyai kata dasar salima
yang pada mulanya berarti selamat dan bebas dari bahaya. Kemudian kata itu
mengalami perluasan makna sehingga juga berarti memberi, menerima, patuh,
tunduk, berdamai, tenteram, tidak cacat, dan ucapan selamat. Dari situ muncul
kata aslama, yang artinya memeluk agama Islam. Dengan memeluk agama
Islam orang selamat dari kesesatan. Kata sullam diartikan sebagai tangga
yang mengantarkan orang selamat sampai ke tempat yang tinggi.[2]
Bila dikaitkan dengan asal katanya maka Islam bisa saja mempunyai
arti antara lain:
a.
As- Silm,
yang berarti
damai.
Dalam Alquran Allah swt. berfirman (QS. 8 : 61)
وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika
mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata silm dalam ayat di atas memiliki arti damai atau
perdamaian. Ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa
Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
Apa
yang telah dilakukan Nabi pada perjanjian perdamaian Hudaibiyah adalah bukti
bahwa Islam lebih menyukai perdamaian, meski perjanjian tersebut lebih
menguntungkan pihak musuh, seperti disebutkan dalam hadis berikut:[3]
وقال موسى بن مسعود حدثنا سفيان بن سعيد عن أبي
إسحاق عن البراء بن عازب رضي الله عنهما قال : صالح النبي صلى الله عليه و سلم المشركين
يوم الحديبية على ثلاثة أشياء على من أتاه من المشركين رده إليهم ومن أتاهم من المسلمين
لم يردوه وعلى أن يدخلها من قابل ويقيم يها ثلاثة أيام ولا يدخلها إلا بجلبان السلاح
السيف والقوس ونحوه
فجاء أبو
جندل يحجل في قيوده فرده إليهم قال لم يذكر مؤمل عن سفيان أبا جندل وقال إلا بجلب السلاح
b.
Aslama,
yang berarti
menyerah
Hal ini menunjukkan bahwa seorang
pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan
raganya hanya kepada Allah swt. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan
pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam Alquran: (QS. 4 : 125)
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا
“Dan siapakah
yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
c.
Salām,yang berarti
selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Alquran: (QS.
19 : 47)
قَالَ
سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Berkata Ibrahim: "Semoga
keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Maknanya adalah bahwa Islam
merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan
kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada
setiap insan.
Makna-makna di
atas bila dikelompok-kelompokkan nampaknya bisa menjadi 3 kelompok yang saling
mendukung dan berkaitan. Satu kelompok makna mungkin akan menyebabkan terjadinya
kelompok makna yang lain. Damai, aman, sentosa maknanya sangat berdekatan
sehingga bisa dijadikan satu kelompok, pasrah, berserah diri, tunduk pada
kelompok lain yang bisa dibedakan dengan selamat, dan sejahtera. Dengan
berserah diri, pasrah, tunduk dan patuh pada tuhan yang menciptakan alam yang
berimplikasi pada pelaksanaan perintah dan menjalankan hukumnya akan membuat
hidup ini damai, aman dan sentosa dan akhirnya akan membawa keselamatan di
dunia dan akhirat. Selamat dari kesesatan dan selamat dari siksa neraka.
Islam
adalah agama damai dan menyebarkan kedamaian bagi semua orang, bukan hanya bagi
orang Islam saja sehingga pantaslah disebut sebagai rahmatan li al-'ālamīn. Nabi
menganjurkan umatnya untuk berbuat baik dan menyebarkan kedamaian seperti yang
disebutkan dalam hadis imam Bukhari berikut:[4]
حدثنا
قتيبة قال
حدثنا الليث عن
يزيد بن أبي حبيب عن
أبي الخير عن
عبد الله بن عمرو أن رجلا سأل رسول الله صلى الله عليه
وسلم أي الإسلام خير قال تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف[5]
"Qutaybah Menceritakan kepada
kami, ia berkata bahwa Laits telah menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abi
Habib dari abi al-Khair dari Abdillah bin Amru bahwa seorang lelaki bertanya
pada Rasulullah saw. tentang bagaimanakah Islam yang baik, beliau berkata memberi
makan dan mengucapkan salam pada orang yang kau kenal dan yang tak kau
kenal."
Bagi orang Arab, perbuatan baik yang konkrit adalah
memberi orang lain makanan atau mengundang orang pada jamuan makan. Kata adab
yang yang bermakna 'budi baik' makna asalnya adalah mengundang makan, ma'dubah
berarti jamuan makan.[6]
Dengan memberi orang makan maka akan tercipta hubungan yang baik yang
memungkinkan untuk terciptanya perdamaian. Tidak hanya itu, orang Islam juga
dianjurkan untuk mengucapkan salam pada siapa pun, baik yang dikenal atau
tidak. Mengucapkan salam adalah mendoakan keselamatan kepada orang yang kita
beri salam. Dalam mengucapkan salam terkandung akhlak yang mulia, kerendahan
hati, kelembutan dan cinta pada sesama.[7]
Sebagaimana misi utama Nabi saw. adalah menyempurnakan akhlak.
أخبرنا أبو محمد بن يوسف الأصبهاني أنبأ أبو سعيد
بن الأعرابي ثنا أبو بكر محمد بن عبيد الله المروروذي ثنا سعيد بن منصور ثنا عبد العزيز
بن محمد أخبرني محمد بن عجلان عن القعقاع بن حكيم عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله
عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق كذا روي عن الدراوردي[8]
Mengharapkan
keselamatan orang lain tentunya mafhum mukhlafahnya adalah tidak
menyakitinya atau membuatnya berada dalam kondisi berbahaya. Seorang muslim
tidak akan menyakiti muslim lain baik dengan kata-kata mau pun perbuatan
sebagaimana sabda Nabi:
أخرج البخاري من حديث الشعبي عن عبد الله بن عمرو عن النبي
{صلى الله عليه وسلم} قال المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر
ما نهاه الله عنه وأخرج مسلم طرفاً من حديث أبي الخير مرثد بن عبد الله اليزني
عن عبد الله بن عمرو أن رجلاً سأل النبي {صلى الله عليه وسلم} أي المسلمين خيرٌ قال
من سلم المسلمون من لسانه[9]
Arti matan
hadis diatas: "Orang muslim adalah orang yang orang-orang Islam
(lainnya) selamat dari lisan dan tangannya dan orang yang hijrah adalah orang
yang hijrah dari apa yang telah dilarang Allah swt.
2.
Pengertian
Terminologis
Secara terminologis dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan
tauhid atau keesaan tuhan yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw.
sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun
dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Menurut Syaikh Mahmud Syaltut, Islam itu adalah Agama Allah yang
diperintahkannya untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta
peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad saw. dan menugaskannya menyampaikan
agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.[10]
Islam adalah nama yang diberikan Allah untuk menyebut Agama ini. Dia
juga menyatakan hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang memeluk
agama selain Islam kehidupannya akan merugi di akhirat nanti. Islam juga
dinyatakan telah sempurna sebagai ajaran-Nya yang merupakan rahmat dan
karunia-Nya bagi umat manusia, sehingga mereka tidak memerlukan lagi
ajaran-ajaran selain Islam, seperti yang bisa kita pahami dari firmanNya (QS. 3:19;
5:3)
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih
orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu,
karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat
Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada
hari ini Aku telah sempurnakan agamamu (Islam) dan Aku telah melimpahkan
nikmat-Ku padamu, dan Aku ridha Islam sebagai agamamu.”
C.
KONSEP AJARAN
ISLAM
حدثنا عبيد الله بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي
سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه
و سلم بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله
إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان[11]
"Abdullah
bin Musa menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Hanzhalah bin Abi Sufyan
mengabarkan kepada kami dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a. mengatakan:
Rasulullah saw. berkata : Islam dibangun atas 5 dasar, bersaksi bahwa tidak ada
tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
membayar zakat, menunaikan haji dan puasa Ramadhan"
Dasar Islam yang pertama adalah
kesaksian tentang adanya Allah dan Muhammad Rasulullah. Keduanya termasuk dalam
rukun iman, lalu kenapa tidak disebutkan iman pada malaikat, kitab hari kiamat
dan lainnya, Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari. Jawabannya adalah karena
syahadat yang membenarkan Muhammad sebagai Rasulullah berarti juga membenarkan
seluruh ajarannya, termasuk dalam hal akidah atau keimanan terhadap berbagai
hal yang disebutkan dalam rukun iman.[12]
Ada yang memasukkan jihad ke dalam
dasar-dasar ajaran Islam, namun Ibnu Hajar mengatakan bahwa jihad tidak masuk
dalam lima dasar karena memang tidak dimasukkan dalam hadis ini dan jihad
hukumnya hanyalah fardhu kifayah dan tidak diwajibkan kecuali pada waktu dan
kondisi tertentu.[13]
Berikutnya adalah shalat dan zakat.
Shalat disebut juga sebagai tiang agama di mana manusia melakukan ibadah badaniah
yang berupa hablun minallāh. Sementara
zakat adalah ibadah māliyah
yang berupa hablun min an-nās.
Pada tempat lain puasa disebut terlebih dahulu baru kemudian haji,
namun pada hadis yang diriwayatkan Bukhari ini menyebutkan haji terlebih dahulu
baru kemudian puasa. Puasa adalah ibadah badani sedangkan haji adalah
ibadah badani dan mali secara bersamaan. Menurut Ibnu Hajar
urutan yang benar adalah puasa baru kemudian haji. Namun hadis ini diriwayatkan
berdasarkan makna sehingga urutannya jadi seperti itu. Pada hadis lain bahkan
haji dan puasa tidak disebutkan sebagaimana hadis berikut:
حدثنا عبد الله بن محمد المسندي قال حدثنا أبو روح
الحرمي بن عمارة قال حدثنا شعبة عن وافد بن محمد قال سمعت أي يحدث عن ابن عمر أن رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال: ( أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن
لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك
عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله )[14]
Selain 5 dasar ajaran Islam tersebut
di atas, ada ajaran Islam lain yang berkenaan dengan status keislaman yang ada
baiknya penulis sebut di sini. Misalnya bagi sesama muslim diwajibkan menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, membaca doa
ketika saudaranya bersin, sebagaimana diuraikan hadis berikut:
حدثنا محمد حدثنا عمرو بن أبي سلمة عن الأوزاعي
قال أخبرني شهاب قال أخبرني سعيد بن المسيب : أنا أبا هريرة رضي الله عنه قال سمعت
رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول حق المسلم على المسلم خمس رد السلام
وعيادة المريض واتباع الجنائز واجابة الدعوة وتشميت العاطس [15]
Kewajiban-kewajiban
tersebut di atas menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya care terhadap
saudara segamanya. Selalu siap menolong saudara seiman meskipun tanpa diminta.
Sebaliknya, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh orang Islam
terhadap saudara seiman, seperti; tidak boleh saling dengki, saling marah,
membeli barang yang sedang ditawar, menzaliminya, menganiayanya, menipunya,
mengejeknya, tiap Muslim haram baginya darah, harta dan kehormatan Muslim
lainnya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ
قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ - يَعْنِى ابْنَ قَيْسٍ - عَنْ أَبِى سَعِيدٍ مَوْلَى
عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وآله وسلم لا تحاسدوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض
وكونوا عباد الله إخوانا المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله ولا يكذبه ولا يحقره
التقوى ههنا - ويشير إلى صدور ثلاث مرات - بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم كل
المسلم على المسلم
حرام : دمه وماله وعرضه [16]
Persaudaraan tersebut mencerminkan kekuatan iman seseorang.
Semakin baik seseorang di mata Tuhan tentunya makin tinggi derajat ke-Islamannya.
D.
PERBEDAAN
TINGKAT KEISLAMAN
Menerima Islam secara lahir dengan mengucapkan dua kalimat syahadat
dan menerima secara lahir segala perintah Ilah yang boleh jadi tidak sejalan
dengan keyakinan dan iman sebelumnya. Yaitu dengan menerapkan amalan seorang
muslim pada dirinya seperti hukum-hukum nikah, hukum transaksi, kesucian badan,
pakaian, kehormatan jiwa dan harta dan seterusnya.
قَالَتِ الْأَعْرَابُ
آمَنَّا ۖ
قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ
فِي قُلُوبِكُمْ ۖ
وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah
beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah,
‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika
kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun
(pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [Al-Hujuraat:
14]
Konsekuensi Islam adalah iman dalam hati, yakin dan membenarkan
serta berserah diri terhadap seluruh ma'ārif Ilahi,
menerima dengan sepenuh hati kendati pada tingkatan tertentu disertai dengan
kesalahan dalam tataran praktik atau keraguan dalam mengamalkannya, atau melakukan sebuah perbuatan yang dibenci dalam hati.
Dari paparan di atas kita melihat ada perbedaan antara Islam dan
Iman. Setiap Mu'min pasti Muslim namun tidak tiap Muslim adalah Mu'min.[17] Lebih
jelasnya hadis berikut membedakan tingkatan keislaman seseorang berupa Islam,
Iman dan Ihsan.
قَالَ ابن عمر حَدَّثَنِى أَبِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ
قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ
إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ
لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ
إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ
وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ
الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً.
قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى
عَنِ الإِيمَانِ. قَالَ « أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ». قَالَ صَدَقْتَ.
قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ.
قَالَ « مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى
عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ « أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ ». قَالَ
ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِى « يَا عُمَرُ أَتَدْرِى مَنِ
السَّائِلُ ». قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ
يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ »[18]
" Anak Umar berkata, Umar ra. bercerita
kepada saya: Suatu ketika kami sedang berada di sebuah majlis bersama
Rasulullah Saw. ketika itu muncul seoarang laki-laki yang sangat putih bajunya
dan sangat hitam rambutnya, tidak terlihat kepadanya bekas perjalanan yang
jauh, dan satupun dari kita tidak mengenalnya, kemudian dia duduk dihadapan
Nabi saw., lalu orang itu menyenderkan lututnya kepada lutut Nabi saw., dan
meletakan telapak tangannya di atas paha Nabi saw., dan berkata: "Wahai
Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam". Maka Rasulullah saw.
bersabda: "Islam adalah kamu bersaksi bahwa tiada ada Tuhan selain Allah
dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan
zakat, puasa di bualan Ramadhan, dan haji ke baitullah jika kamu mampu
menjalankannya.". Orang itu berkata: "Kamu benar". 'Umar berkata:
"Maka kami terkejut kepadanya, dia bertanya dan membenarkannya. Kemudian
orang laki-laki itu bertanya lagi: "Lalu kabarkan lah kepadaku tentang
iman". Nabi menjawab: "Kamu percaya kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir
baik dan buruk". Dia berkata: "Kamu benar". Kemudian bertanya
lagi: "Lalu kabarkanlah kepadaku tentang Ihsan". Nabi menjawab:
"Kamu menyembah Allah seperti kamu melihat-Nya tetapi jika belum dapat
melihat-Nya maka sesungguhnya Beliau melihatmu". Lalu dia bertanya lagi:
kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat. Nabi menjawab: "Orang yang
ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya". Lalu dia
bertanya lagi: Kabarkanlah kepadaku tentang janji hari kiamat. Nabi menjawab:
"Ketika pembantu melahirkan anak, kamu melihat para pemimpin tanpa alas
kaki sehingga ketergantungan dengan orang lain dan bangunan-bangunan semakin
tinggi". Berkata 'Umar: "Kemudian orang laki-laki itu keluar maka aku
timbul pertanyaan dalam hatiku, kemudian Nabi bersabda kepadaku: "Wahai
'Umar apakah kamu mengetahui siapa orang yang bertanya itu". Aku berkata:
"Allah dan Rasul lebih mengetahui". Rasul berkata: "Sesungguhnya
dia adalah Jibril, dia datang untuk memberi pengetahuan tentang agama kalian".
Hadis tersebut di atas menyampaikan
bahwa ihsān adalah tingkat ke-Islaman yang
paling tinggi apabila dibandingkan dengan Īmān dan Islām. Namun terkadang kita dapati
pemakaian kata Islam, īmān dan ihsān saling bertukar tempat dan tidak
mempunyai perbedaan arti. Hal ini dikarenakan ketiga istilah tersebut
sebenarnya masing-masing mempunyai arti khusus dan umum. Dalam arti umum ketiga
istilah itu sama-sama berarti agama Islam namun dalam arti khusus, Islam adalah
rukun Islam, Iman adalah rukun iman dan ihsan adalah akhlak dan kekhusukan.
Dalam artinya yang umum ketiga istilah bermakna agama Islam namun dalam arti
yang khusus ketiga istilah tersebut merupakan tingkatan derajat ke-Islaman.[19]
Pengertian Islam secara mutlak
adalah mencakup seluruh aspek agama itu sendiri termasuk Iman. Namun jika
istilah Islam itu disadingkan dengan Iman, maka Islam ditafsirkan dengan
amalan-amalan yang lahiriah yang berupa perkataan lisan dan perbuatan anggota
badan. Sedangkan Iman ditasirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa iktikad dan
amalan hati.
E.
PENUTUP
Melihat dari pemaparan hadis-hadis dan ayat Quran di atas dapatlah
kita pahami arti Islam sehingga tidak lagi ada keraguan tentang arti Islam yang
selama ini kita pahami. Secara bahasa Islam bisa berarti damai, berserah diri,
dan selamat. Secara istilah Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Tuhan
melalui Jibril kepada Rasulullah untuk disampaikan kepada manusia.
Ajaran-ajaran
pokok Islam tercakup dalam rukun Islam, berupa i'tiqādiyah, badaniyah
dan māliyah.
Syahadat, shalat dan zakat adalah perbuatan yang baru muncul pada masa Islam,
sedangkan puasa dan haji sudah dilakukan orang-orang Arab sebelum memeluk
Islam.
Tingkatan derajat
keislaman seseorang bisa dibagi menjadi Islam, Iman dan Ihsan. Seorang yang
masuk Islam belum tentu sudah beriman dan yg sudah beriman tidak diragukan lagi
dia juga Islam.
Pada pengertian
umum, Islam adalah pasrah dan berserah diri, sehingga agama sebelum Islam pun
disebut "Islam". Namun setelah adanya makna khusus, yaitu setelah
adanya agama Islam yang dibawa Nabi maka pengertian umum tidak lagi bisa
dipakai. Hanya penganut agama yang telah diberi nama oleh Tuhan dengan Islam
itu sajalah yang bisa disebut dengan Muslim.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdalati, Hammudah, Islam in Focus, (Indianapolis-Indiana :
American Trust Publications, 1975)
Al-Asyqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bari Syarh
Șahīh al-Bukhārī, Vol. I, (Beirut: Dār Al-Ma'rifah, 1379 H.)
Al-Baihaqi, Muhammad Bin Husain Bin Ali Bin Musa Abu Bakr, Sunan
al-Baihaqi Al-Kubrā, Juz X,(Mekkah: Maktabah Dār
Al-Bāz, 1994)
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, al-Jāmi' as-Șahīh al-Mukhtasar (Șahīh al- Bukhārī, Vol. I, (Beirut: Dār Ibn Katsir, 1987)
Al-Diri, Makarim Mahmud, al-Adab al-Jāhilī,(Cairo: Jamiat Al-Azhar, 1999)
Al-Hamidi, Muhammad bin Futuh, Al-Jam'u Baina as-Sahīhain al- Bukhārī wa Muslim,
Juz III, (Beirut: Dār Ibn Hazm, 2002)
Al-Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Syarh Al-Nawawi 'ala
Sahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dār Ihya Turats al-'Arabi, 1392 H.)
Anshari, Endang Saifuddin, Wawasan
Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001)
Shihab, M. Quraish, Ensiklopedia Al-Qur'an: Kajian Kosakata,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007)
[1]Lihat: Hammudah Abdalati, Islam in Focus, (Indianapolis-Indiana : American Trust Publications, 1975)
[2]M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur'an: Kajian Kosakata,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 870
[3]Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jāmi' al-șāhīh al-Mukhtașar,
Vol. I, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), h. 960
[5]Muhammad bin Isma'il Abu 'Abdullah al-Bukhāri, Șahīh al-Bukhāri,
juz I, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 13
[7]Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asyqolani, Fathu al-Bārī Syarh Șahīh
al-Bukhārī, Vol. I, (Beirut: Dar Al-Ma'rifah, 1379 H.), h. 82
[8]Muhammad Bin Husain Bin Ali Bin Musa Abu Bakr Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqī
al-Kubrā, Juz X,(Mekkah: Maktabah Dār al-Bāz, 1994), h. 191
[9]Muhammad bin Futuh Al-Hamidi, al-Jam'u Baina as-Șahīhain al-Bukhārī
wa Muslim, Juz III, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002), h. 332
[12]bin Ali bin Hajar al-Asyqolani, Fathul…, h.49
[16] Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim, Șahīh Muslim,
juz VIII, (Beirut: Dār al-Jīl, t.t.), h. 10
[17]Abu Zakaria Yahya bin Syarf al-Nawawi, Syarh Al-Nawāwi 'ala Șahīh
Muslim, Juz I, (Beirut: Dar Ihya Turats al-Arabi, 1392 H.), h. 148
[18]Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim, Șahīh Muslim,
juz I, (Beirut: Dār al-Jīl, t.t.), h. 28
0 comments:
Posting Komentar