Minggu, 31 Maret 2013

Penjelasan "Islam" Berdasarkan Hadis

A.    PENDAHULUAN
Islam adalah agama tauhid yang meyakini keesaan tuhan. Dari ketiga agama tauhid – Yahudi, Kristen, Islam – Agama Islam adalah yang paling muda dan salah satu agama misi disamping Kristen. Ajaran Islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., sebagian merupakan adopsi dari ajaran terdahulu yang sudah pernah diturunkan pada kitab-kitab suci sebelum Alquran. Setelah Nabi meninggal, pemahaman umat Islam sendiri terhadap Islam kembali dipertanyakan. Terpecahnya umat Islam, selain karena sudah merupakan keniscayaan, tentunya karena perbedaan pemahaman tentang Islam. Hal ini bisa disebabkan oleh kesalahpahaman umat terhadap agamanya tersebut atau karena pemahaman yang parsial dan tidak komprehensif terhadap Islam.  
Informasi yang benar tentang Islam – sebuah agama yang secara historis muncul di Hijaz pada abad ke-7 Masehi – adalah kitab suci mereka, Alquran, dan Sunnah Nabinya sebagai sumber kedua. Umat Islam meyakini bahwa Alquran adalah kalam tuhan yang tidak ada kesalahan di dalamnya, mengandung informasi sejarah, ilmu pengetahuan, hukum, ajaran akidah, serta pemberitaan tentang hal-hal gaib. Sementara Sunnah, disebut juga Hadis, adalah segala perkataan, perbuatan dan persetujuan yang disandarkan pada nabi pembawa ajaran tersebut, Muhammad saw. Alquran dan Hadis menjadi sangat penting karena keduanya adalah sumber utama ajaran Islam, disamping sumber-sumber lainnya.
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Alquran orisinil berasal dari tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril. Sementara hadis, umat Islam bisa berbeda dalam mengakui orisinalitas hadis tertentu, meskipun ada kaidah-kaidah khusus yang bisa diaplikasikan untuk menemukan tingkat orisinalitas sebuah hadis.
Makalah ini membahas makna Islam dengan menelusuri hadis-hadis yang berkaitan dengannya dan menganalisa makna-makna tersebut dengan melihat hubungan dalil-dalil yang ada. Pokok-pokok bahasan dalam makalah ini adalah tentang pengertian Islam secara etimologi dan terminologi, konsep ajaran Islam, dan perbedaan tingkat ke-Islaman.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi yang benar dan komprehensif tentang Islam sehingga kesalahfahaman yang mungkin bisa memicu sikap apriori terhadap Islam, pemahaman yang parsial dan ignorance of Islam bisa diminimalisir. Setidaknya, pembaca dapat mengetahui dalil-dalil yang kuat tentang pengertian Islam dan pokok-pokok ajarannya.
B.  PENGERTIAN ISLAM
1.    Pengertian Etimologis
Secara etimologis (asal-usul kata) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah swt.,“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112). Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.
Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati . Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Siˉn, Laˉm, Miˉm) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya” (Submission to the Will of God and obedience to His Law).[1]
Di dalam "Ensiklopedia Al-Qur'an", tidak didapatkan entri Islam secara khusus. Kata Islam baru didapatkan pada entri kata salam. Kata yang terulang sebanyak 42 kali dalam Alquran ini mempunyai kata dasar salima yang pada mulanya berarti selamat dan bebas dari bahaya. Kemudian kata itu mengalami perluasan makna sehingga juga berarti memberi, menerima, patuh, tunduk, berdamai, tenteram, tidak cacat, dan ucapan selamat. Dari situ muncul kata aslama, yang artinya memeluk agama Islam. Dengan memeluk agama Islam orang selamat dari kesesatan. Kata sullam diartikan sebagai tangga yang mengantarkan orang selamat sampai ke tempat yang tinggi.[2]
                Bila dikaitkan dengan asal katanya maka Islam bisa saja mempunyai arti antara lain:
a.      As- Silm, yang berarti damai.
Dalam Alquran Allah swt. berfirman (QS. 8 : 61)

وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata silm dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.

Apa yang telah dilakukan Nabi pada perjanjian perdamaian Hudaibiyah adalah bukti bahwa Islam lebih menyukai perdamaian, meski perjanjian tersebut lebih menguntungkan pihak musuh, seperti disebutkan dalam hadis berikut:[3]
وقال موسى بن مسعود حدثنا سفيان بن سعيد عن أبي إسحاق عن البراء بن عازب رضي الله عنهما قال : صالح النبي صلى الله عليه و سلم المشركين يوم الحديبية على ثلاثة أشياء على من أتاه من المشركين رده إليهم ومن أتاهم من المسلمين لم يردوه وعلى أن يدخلها من قابل ويقيم يها ثلاثة أيام ولا يدخلها إلا بجلبان السلاح السيف والقوس ونحوه
 فجاء أبو جندل يحجل في قيوده فرده إليهم قال لم يذكر مؤمل عن سفيان أبا جندل وقال إلا بجلب السلاح

b.      Aslama, yang berarti menyerah
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah swt. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam Alquran: (QS. 4 : 125)
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”

c.     Salām,yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Alquran: (QS. 19 : 47)

قَالَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
            Makna-makna di atas bila dikelompok-kelompokkan nampaknya bisa menjadi 3 kelompok yang saling mendukung dan berkaitan. Satu kelompok makna mungkin akan menyebabkan terjadinya kelompok makna yang lain. Damai, aman, sentosa maknanya sangat berdekatan sehingga bisa dijadikan satu kelompok, pasrah, berserah diri, tunduk pada kelompok lain yang bisa dibedakan dengan selamat, dan sejahtera. Dengan berserah diri, pasrah, tunduk dan patuh pada tuhan yang menciptakan alam yang berimplikasi pada pelaksanaan perintah dan menjalankan hukumnya akan membuat hidup ini damai, aman dan sentosa dan akhirnya akan membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Selamat dari kesesatan dan selamat dari siksa neraka.
Islam adalah agama damai dan menyebarkan kedamaian bagi semua orang, bukan hanya bagi orang Islam saja sehingga pantaslah disebut sebagai rahmatan li al-'ālamīn. Nabi menganjurkan umatnya untuk berbuat baik dan menyebarkan kedamaian seperti yang disebutkan dalam hadis imam Bukhari berikut:[4]
"Qutaybah Menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Laits telah menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abi Habib dari abi al-Khair dari Abdillah bin Amru bahwa seorang lelaki bertanya pada Rasulullah saw. tentang bagaimanakah Islam yang baik, beliau berkata memberi makan dan mengucapkan salam pada orang yang kau kenal dan yang tak kau kenal."
 
Bagi orang Arab, perbuatan baik yang konkrit adalah memberi orang lain makanan atau mengundang orang pada jamuan makan. Kata adab yang yang bermakna 'budi baik' makna asalnya adalah mengundang makan, ma'dubah berarti jamuan makan.[6] Dengan memberi orang makan maka akan tercipta hubungan yang baik yang memungkinkan untuk terciptanya perdamaian. Tidak hanya itu, orang Islam juga dianjurkan untuk mengucapkan salam pada siapa pun, baik yang dikenal atau tidak. Mengucapkan salam adalah mendoakan keselamatan kepada orang yang kita beri salam. Dalam mengucapkan salam terkandung akhlak yang mulia, kerendahan hati, kelembutan dan cinta pada sesama.[7] Sebagaimana misi utama Nabi saw. adalah menyempurnakan akhlak.
أخبرنا أبو محمد بن يوسف الأصبهاني أنبأ أبو سعيد بن الأعرابي ثنا أبو بكر محمد بن عبيد الله المروروذي ثنا سعيد بن منصور ثنا عبد العزيز بن محمد أخبرني محمد بن عجلان عن القعقاع بن حكيم عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق كذا روي عن الدراوردي[8]                            
Mengharapkan keselamatan orang lain tentunya mafhum mukhlafahnya adalah tidak menyakitinya atau membuatnya berada dalam kondisi berbahaya. Seorang muslim tidak akan menyakiti muslim lain baik dengan kata-kata mau pun perbuatan sebagaimana sabda Nabi:
أخرج البخاري من حديث الشعبي عن عبد الله بن عمرو عن النبي {صلى الله عليه وسلم} قال المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر ما نهاه الله عنه وأخرج مسلم طرفاً من حديث أبي الخير مرثد بن عبد الله اليزني عن عبد الله بن عمرو أن رجلاً سأل النبي {صلى الله عليه وسلم} أي المسلمين خيرٌ قال من سلم المسلمون من لسانه[9]            
Arti matan hadis diatas: "Orang muslim adalah orang yang orang-orang Islam (lainnya) selamat dari lisan dan tangannya dan orang yang hijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah dilarang Allah swt.

2.      Pengertian Terminologis
Secara terminologis dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan tuhan yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Menurut Syaikh Mahmud Syaltut, Islam itu adalah Agama Allah yang diperintahkannya untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad saw. dan menugaskannya menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.[10]
Islam adalah nama yang diberikan Allah untuk menyebut Agama ini. Dia juga menyatakan hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang memeluk agama selain Islam kehidupannya akan merugi di akhirat nanti. Islam juga dinyatakan telah sempurna sebagai ajaran-Nya yang merupakan rahmat dan karunia-Nya bagi umat manusia, sehingga mereka tidak memerlukan lagi ajaran-ajaran selain Islam, seperti yang bisa kita pahami dari firmanNya (QS. 3:19; 5:3)
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu (Islam) dan Aku telah melimpahkan nikmat-Ku padamu, dan Aku ridha Islam sebagai agamamu.”
C.    KONSEP AJARAN ISLAM
حدثنا عبيد الله بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم  بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان[11]                                                                
"Abdullah bin Musa menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Hanzhalah bin Abi Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a. mengatakan: Rasulullah saw. berkata : Islam dibangun atas 5 dasar, bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa Ramadhan"

            Dasar Islam yang pertama adalah kesaksian tentang adanya Allah dan Muhammad Rasulullah. Keduanya termasuk dalam rukun iman, lalu kenapa tidak disebutkan iman pada malaikat, kitab hari kiamat dan lainnya, Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari. Jawabannya adalah karena syahadat yang membenarkan Muhammad sebagai Rasulullah berarti juga membenarkan seluruh ajarannya, termasuk dalam hal akidah atau keimanan terhadap berbagai hal yang disebutkan dalam rukun iman.[12]
            Ada yang memasukkan jihad ke dalam dasar-dasar ajaran Islam, namun Ibnu Hajar mengatakan bahwa jihad tidak masuk dalam lima dasar karena memang tidak dimasukkan dalam hadis ini dan jihad hukumnya hanyalah fardhu kifayah dan tidak diwajibkan kecuali pada waktu dan kondisi tertentu.[13]
            Berikutnya adalah shalat dan zakat. Shalat disebut juga sebagai tiang agama di mana manusia melakukan ibadah badaniah yang berupa hablun minallāh. Sementara zakat adalah ibadah māliyah yang berupa hablun min an-nās.
            Pada tempat lain puasa disebut terlebih dahulu baru kemudian haji, namun pada hadis yang diriwayatkan Bukhari ini menyebutkan haji terlebih dahulu baru kemudian puasa. Puasa adalah ibadah badani sedangkan haji adalah ibadah badani dan mali secara bersamaan. Menurut Ibnu Hajar urutan yang benar adalah puasa baru kemudian haji. Namun hadis ini diriwayatkan berdasarkan makna sehingga urutannya jadi seperti itu. Pada hadis lain bahkan haji dan puasa tidak disebutkan sebagaimana hadis berikut:
حدثنا عبد الله بن محمد المسندي قال حدثنا أبو روح الحرمي بن عمارة قال حدثنا شعبة عن وافد بن محمد قال سمعت أي يحدث عن ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: ( أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله )[14]

            Selain 5 dasar ajaran Islam tersebut di atas, ada ajaran Islam lain yang berkenaan dengan status keislaman yang ada baiknya penulis sebut di sini. Misalnya bagi sesama muslim diwajibkan menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, membaca doa ketika saudaranya bersin, sebagaimana diuraikan hadis berikut:
حدثنا محمد حدثنا عمرو بن أبي سلمة عن الأوزاعي قال أخبرني شهاب قال أخبرني سعيد بن المسيب : أنا أبا هريرة رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول حق المسلم على المسلم خمس رد السلام وعيادة المريض واتباع الجنائز واجابة الدعوة وتشميت العاطس [15]                                                                                      
Kewajiban-kewajiban tersebut di atas menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya care terhadap saudara segamanya. Selalu siap menolong saudara seiman meskipun tanpa diminta. Sebaliknya, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh orang Islam terhadap saudara seiman, seperti; tidak boleh saling dengki, saling marah, membeli barang yang sedang ditawar, menzaliminya, menganiayanya, menipunya, mengejeknya, tiap Muslim haram baginya darah, harta dan kehormatan Muslim lainnya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ - يَعْنِى ابْنَ قَيْسٍ - عَنْ أَبِى سَعِيدٍ مَوْلَى عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم لا تحاسدوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخوانا المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله ولا يكذبه ولا يحقره التقوى ههنا - ويشير إلى صدور ثلاث مرات - بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم كل المسلم على المسلم حرام : دمه وماله وعرضه [16]                                                             
Persaudaraan tersebut mencerminkan kekuatan iman seseorang. Semakin baik seseorang di mata Tuhan tentunya makin tinggi derajat ke-Islamannya.

D.    PERBEDAAN TINGKAT KEISLAMAN
Menerima Islam secara lahir dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima secara lahir segala perintah Ilah yang boleh jadi tidak sejalan dengan keyakinan dan iman sebelumnya. Yaitu dengan menerapkan amalan seorang muslim pada dirinya seperti hukum-hukum nikah, hukum transaksi, kesucian badan, pakaian, kehormatan jiwa dan harta dan seterusnya.
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [Al-Hujuraat: 14]
Konsekuensi Islam adalah iman dalam hati, yakin dan membenarkan serta berserah diri terhadap seluruh ma'ārif Ilahi, menerima dengan sepenuh hati kendati pada tingkatan tertentu disertai dengan kesalahan dalam tataran praktik atau keraguan dalam mengamalkannya, atau melakukan sebuah perbuatan yang dibenci dalam hati.
Dari paparan di atas kita melihat ada perbedaan antara Islam dan Iman. Setiap Mu'min pasti Muslim namun tidak tiap Muslim adalah Mu'min.[17] Lebih jelasnya hadis berikut membedakan tingkatan keislaman seseorang berupa Islam, Iman dan Ihsan.
قَالَ ابن عمر حَدَّثَنِى أَبِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِيمَانِ. قَالَ « أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ». قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ « مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ « أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ ». قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِى « يَا عُمَرُ أَتَدْرِى مَنِ السَّائِلُ ». قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ »[18]                                                                              

" Anak Umar berkata, Umar ra. bercerita kepada saya: Suatu ketika kami sedang berada di sebuah majlis bersama Rasulullah Saw. ketika itu muncul seoarang laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya, tidak terlihat kepadanya bekas perjalanan yang jauh, dan satupun dari kita tidak mengenalnya, kemudian dia duduk dihadapan Nabi saw., lalu orang itu menyenderkan lututnya kepada lutut Nabi saw., dan meletakan telapak tangannya di atas paha Nabi saw., dan berkata: "Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam". Maka Rasulullah saw. bersabda: "Islam adalah kamu bersaksi bahwa tiada ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, puasa di bualan Ramadhan, dan haji ke baitullah jika kamu mampu menjalankannya.". Orang itu berkata: "Kamu benar". 'Umar berkata: "Maka kami terkejut kepadanya, dia bertanya dan membenarkannya. Kemudian orang laki-laki itu bertanya lagi: "Lalu kabarkan lah kepadaku tentang iman". Nabi menjawab: "Kamu percaya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik dan buruk". Dia berkata: "Kamu benar". Kemudian bertanya lagi: "Lalu kabarkanlah kepadaku tentang Ihsan". Nabi menjawab: "Kamu menyembah Allah seperti kamu melihat-Nya tetapi jika belum dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Beliau melihatmu". Lalu dia bertanya lagi: kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat. Nabi menjawab: "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya". Lalu dia bertanya lagi: Kabarkanlah kepadaku tentang janji hari kiamat. Nabi menjawab: "Ketika pembantu melahirkan anak, kamu melihat para pemimpin tanpa alas kaki sehingga ketergantungan dengan orang lain dan bangunan-bangunan semakin tinggi". Berkata 'Umar: "Kemudian orang laki-laki itu keluar maka aku timbul pertanyaan dalam hatiku, kemudian Nabi bersabda kepadaku: "Wahai 'Umar apakah kamu mengetahui siapa orang yang bertanya itu". Aku berkata: "Allah dan Rasul lebih mengetahui". Rasul berkata: "Sesungguhnya dia adalah Jibril, dia datang untuk memberi pengetahuan tentang agama kalian".
Hadis tersebut di atas menyampaikan bahwa ihsān adalah tingkat ke-Islaman yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan Īmān dan Islām. Namun terkadang kita dapati pemakaian kata Islam, īmān dan ihsān saling bertukar tempat dan tidak mempunyai perbedaan arti. Hal ini dikarenakan ketiga istilah tersebut sebenarnya masing-masing mempunyai arti khusus dan umum. Dalam arti umum ketiga istilah itu sama-sama berarti agama Islam namun dalam arti khusus, Islam adalah rukun Islam, Iman adalah rukun iman dan ihsan adalah akhlak dan kekhusukan. Dalam artinya yang umum ketiga istilah bermakna agama Islam namun dalam arti yang khusus ketiga istilah tersebut merupakan tingkatan derajat ke-Islaman.[19]
Pengertian Islam secara mutlak adalah mencakup seluruh aspek agama itu sendiri termasuk Iman. Namun jika istilah Islam itu disadingkan dengan Iman, maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan yang lahiriah yang berupa perkataan lisan dan perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman ditasirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa iktikad dan amalan hati.
E.     PENUTUP
Melihat dari pemaparan hadis-hadis dan ayat Quran di atas dapatlah kita pahami arti Islam sehingga tidak lagi ada keraguan tentang arti Islam yang selama ini kita pahami. Secara bahasa Islam bisa berarti damai, berserah diri, dan selamat. Secara istilah Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Tuhan melalui Jibril kepada Rasulullah untuk disampaikan kepada manusia.
            Ajaran-ajaran pokok Islam tercakup dalam rukun Islam, berupa i'tiqādiyah, badaniyah dan māliyah. Syahadat, shalat dan zakat adalah perbuatan yang baru muncul pada masa Islam, sedangkan puasa dan haji sudah dilakukan orang-orang Arab sebelum memeluk Islam.
            Tingkatan derajat keislaman seseorang bisa dibagi menjadi Islam, Iman dan Ihsan. Seorang yang masuk Islam belum tentu sudah beriman dan yg sudah beriman tidak diragukan lagi dia juga Islam.
            Pada pengertian umum, Islam adalah pasrah dan berserah diri, sehingga agama sebelum Islam pun disebut "Islam". Namun setelah adanya makna khusus, yaitu setelah adanya agama Islam yang dibawa Nabi maka pengertian umum tidak lagi bisa dipakai. Hanya penganut agama yang telah diberi nama oleh Tuhan dengan Islam itu sajalah yang bisa disebut dengan Muslim.













DAFTAR PUSTAKA
Abdalati, Hammudah, Islam in Focus, (Indianapolis-Indiana : American Trust Publications, 1975)
Al-Asyqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bari Syarh Șahīh al-Bukhārī, Vol. I, (Beirut: Dār Al-Ma'rifah, 1379 H.)
Al-Baihaqi, Muhammad Bin Husain Bin Ali Bin Musa Abu Bakr, Sunan al-Baihaqi Al-Kubrā, Juz X,(Mekkah: Maktabah Dār Al-Bāz, 1994)
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, al-Jāmi' as-Șahīh al-Mukhtasar (Șahīh al- Bukhārī, Vol. I, (Beirut: Dār Ibn Katsir, 1987)
Al-Diri, Makarim Mahmud, al-Adab al-Jāhilī,(Cairo: Jamiat Al-Azhar, 1999)
Al-Hamidi, Muhammad bin Futuh, Al-Jam'u Baina as-Sahīhain al- Bukhārī wa Muslim, Juz III, (Beirut: Dār Ibn Hazm, 2002)
Al-Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Syarh Al-Nawawi 'ala Sahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dār Ihya Turats al-'Arabi, 1392 H.)
Anshari,  Endang Saifuddin, Wawasan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001)
Shihab, M. Quraish, Ensiklopedia Al-Qur'an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007)


[1]Lihat: Hammudah Abdalati, Islam in Focus, (Indianapolis-Indiana : American Trust Publications, 1975)
[2]M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur'an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 870
[3]Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jāmi' al-șāhīh al-Mukhtașar, Vol. I, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), h. 960
[4]Ibid., h. 19
[5]Muhammad bin Isma'il Abu 'Abdullah al-Bukhāri, Șahīh al-Bukhāri, juz I, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 13  
[6]Makarim Mahmud al-Diri, al-Adab al-Jāhilī,(Cairo: Jamiat Al-Azhar, 1999), h. 10
[7]Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asyqolani, Fathu al-Bārī Syarh Șahīh al-Bukhārī, Vol. I, (Beirut: Dar Al-Ma'rifah, 1379 H.), h. 82
[8]Muhammad Bin Husain Bin Ali Bin Musa Abu Bakr Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqī al-Kubrā, Juz X,(Mekkah: Maktabah Dār al-Bāz, 1994), h. 191
[9]Muhammad bin Futuh Al-Hamidi, al-Jam'u Baina as-Șahīhain al-Bukhārī wa Muslim, Juz III, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002), h. 332
[10]Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), h. 20
[11]Muhammad bin Isma'il Abu 'Abdullah al-Bukhāri, Șahīh…, h. 12
[12]bin Ali bin Hajar al-Asyqolani, Fathul…, h.49
[13]Ibid., h.50  
[14]Muhammad bin Isma'il Abu 'Abdullah al-Bukhāri, Șahīh…, h. 17
[15] Ibid., h. 418
[16] Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim, Șahīh Muslim, juz VIII, (Beirut: Dār al-Jīl, t.t.), h. 10
[17]Abu Zakaria Yahya bin Syarf al-Nawawi, Syarh Al-Nawāwi 'ala Șahīh Muslim, Juz I, (Beirut: Dar Ihya Turats al-Arabi, 1392 H.), h. 148
[18]Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim, Șahīh Muslim, juz I, (Beirut: Dār al-Jīl, t.t.), h. 28
[19] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan…, h. 17-18

0 comments: